Pernah bikin bangga, kini miris melihatnya

Dulu Stadion Utama Riau menjadi ikon yang membanggakan masyarakat Riau karena termasuk venue olahraga dengan kualitas yahud. Kini, tengok sendiri bagaimana memprihatinkannya kondisi komplek stadion itu.

Pernah bikin bangga, kini miris melihatnya
Kondisi Stadion Utama Riau di Jalan Naga Sakti.

Megah. Begitu penilaian saya waktu pertama kali melihat Stadion Utama Riau tahun 2012 dulu. Jelang Pekan Olahraga Nasional (PON) dimana Riau menjadi tuan rumah, venue utama yang menghabiskan anggaran Rp1,18 triliun ini berdiri gagah bersebelahan dengan proyek gedung gasing Universitas Riau.

Stadion dengan daya tampung 44.000 penonton itu pun dipakai untuk seremoni pembukaan PON ke-18 yang berlangsung meriah. Acara penutupan pun kalau nggak salah digelar di sana. Setelah gegap gempita pesta olahraga terbesar di Indonesia itu, Stadion Utama Riau tampak mulai terabaikan. Berkurang gagahnya bangunan itu. Walau belum genap 10 tahun berdiri, stadion tampak rapuh. Fasilitasnya jangan ditanya. Banyak yang memprihatinkan.

Selasa (7/9/2021) pagi saya untuk pertamakalinya datang ke komplek stadion itu untuk berolahraga. Walau tiap hari saya lintasi, niat untuk berolahraga di tempat itu tak kunjung terwujud. Padahal, pagi, siang apalagi sore, banyak orang yang berolahraga di tempat itu. Lebih banyak lagi yang datang untuk sekadar kongkow.

Masuk dari gerbang barat, kesan kurang terawat terlihat jelas. Gapura berbentuk gasing yang menaungi pos penjagaan di pintu masuk komplek stadion itu mulai tak utuh. Beberapa lempengan logam pada gapura copot dan tak nampak di sekitar lokasi. Hamparan rumput tinggi-tinggi sehingga menutup keindahan stadion dari kejauhan. Di beberapa bagian, pohon akasia tampak tumbuh subur. Saya rasa, tumbuhnya pun tak disengaja.


Makin masuk ke dalam, kita bisa melihat pos-pos kecil untuk menjual tiket kondisinya udah nggak karuan. Tak ada lagi kaca pembatas yang dulu pernah saya lihat saat laga Kualifikasi Kejuaraan U-22 AFC tahun 2013. Dindingnya dicoret-coret. 


Kiri kanan sepanjang jalan akses utama komplek stadion pun ditumbuhi ilalang. Sampai-sampai trotoar yang ada di kiri dan kanan jalan sebagian besar tertutupi semak-semak. Alhasil, saya dan orang lain yang ada di situ memilih beraktivitas di badan jalan yang aspalnya relatif masih bagus.

Sementara, kondisi stadion utama yang di dalamnya ada lapangan sepak bola pun tak kalah memprihatinkan. Rumput lapangan yang didatangkan dari luar negeri dulunya sempat dipuji. Kini, jangan ditanya. Bahkan, Ketua Umum PSSI saat meninjau kondisi stadion dalam rangka persiapan Piala Dunia U-20 tahun 2020 lalu mengatakan bahwa rumput di stadion itu tak layak dan belum sesuai standar FIFA.

Memang sih, tahun lalu sempat dikabarkan ada rencana Pemerintah Provinsi Riau mengucurkan dana miliaran untuk renovasi Stadion Utama Riau. Tapi, rencana itu batal. Anggaran yang semestinya dipakai untuk renovasi dialihkan untuk menangani Covid-19 yang mulai masuk Indonesia awal Maret tahun 2020. Pemerintah hanya berharap ada uluran tangan dari pihak swasta untuk memoles kembali wajah stadion yang pernah membuat bangga orang Riau itu.

So, kalau kamu-kamu belum pernah datang ke Stadion Utama, saya rekom untuk datang. Kapan lagi kita bisa berolahraga, atau sekadar makan krupuk kuah dan menyeruput jus sambil menikmati bangunan mahal yang mulai compang camping bentuknya. Tentu jangan lupa untuk berharap ada keajaiban yang memungkinkan ada dana yang dianggarkan untuk merenovasi Stadion Utama di Jalan Naga Sakti tersebut.